Selasa, 22 Juli 2008

FILSAFAT UMUM

TUGAS KETIGA

LIMA FILSUF TERKEMUKA YUNANI BESERTA BUAH PIKIR FILSAFATNYA

1) Socrates

Buah pikiran Socrates berbalik dari filsafat. Socrates memilih manusia sebagai objek penyelidikan dan ia memandang manusia lebih kurang dari segi yang sama seperti mereka: sebagai makhluk yang mengenal, yang harus mengatur tingkah lakunya sendiri dan yang hidup dalam masyarakat. Socrates pun memulai filsafat dengan bertitik tolak dari pengalaman sehari-hari dan dari kehidupan yang konkrit.

2) Plato

Buah pikiran Plato adalah tentang jiwa. Jiwa sebagai pusat atau inti sari kepribadian manusia, jiwa itu bukan saja bersifat baka, dalam artian bahwa jiwa tidak akan mati pada saat kematian badan, melainkan juga bersifat kekal, karena sudah ada sebelum hidup di bumi ini.

Pendirian Plato ada tiga fungsi jiwa yang merupakan kemajuan besar dalam pandangan filsafat tentang manusia. Dan Plato menghubungkan ketiga bagian jiwa masing-masing dengan salah satu keutamaan tertentu. Pertama. “bagian keinginan” mempunyai pengendalian diri sebagai keutamaan khusus. Kedua. “bagian keberanian” keutamaan yang spesifik ialah kegagahan. Ketiga. “bagian rasional” dikaitkan dengan keutamaan kebijaksanaan.

Ajaran Plato tentang manusia dalam sejarah Filsafat biasanya dinamakan. ”dualisme”: yaitu suatu makhluk yang terdiri dari dua unsur yang kesatuannya tidak dinyatakan. Tubuh dan jiwa tidak merupakan kesatuan, tubuh adalah kubur bagi jiwa dan jiwa berada dalam tubuh bagian dalam penjara.

3) Aristoteles

Buah pikiran Aristoteles adalah tentang jiwa. Menurut Aristoteles kata jiwa mempunyai arti lebih luas, ia menganggap jiwa sebagai prinsip hidup, sebagaimana sudah terdapat terdahulu pada Plato. Itu berarti bahwa segala sesuatu yang hidup mempunyai jiwa, baik tumbuh-tumbuhan maupu binatang-binatang dan manusia. Jiwa dan badan di anggap sebagai satu substansi saja. Dua aspek ini mempunyai hubungan satu sama lainnya sebagai ”materi dan bentuk”.

Sebagaimana semua makhluk fisis terdiri dari materi dan bentuk. Badan adalah materi dan jiwa adalah bentuknya, karena materi dan bentuk masing-masing mempunyai peranan sebagai potensi dan aktus, kita dapat mengatakan juga bahwa jiwa adalah potensi, sedangkan jiwa berfungsi sebagai aktus.

4) Thales

Buah pikiran Thales adalah tentang alam semesta. Menurut Thales alam semesta semuanya berasal dari air dan semuanya kembali menjadi air, karena bahan makanan semua makhluk hidup memuat zat lembab dan demikian halnya juga dengan benih pada semua makhluk hidup.

5) Democritos

Buah pikiran Democritos adalah tentang manusia. Menurut Democritos jiwa terdiri dari atom-atom, yaitu atom-atom bundar yang tidak mengait atom-atom lain dan dengan gampang masuk antara semua atom-atom lain.

FILSAFAT UMUM

TUGAS KEDUA

Pengertian Philos, shopos, philei, dan shopia

Filsafat berasal dari bahasa Yunani Philosophia dan philoshophos, philos berarti cinta dan shopia atau shopos berarti kebijaksanaan, pengetahuan dan hikmah. Philos berarti cinta, shopos adalah kebijaksanaan, pengetahuan dan hikmah.

Harun Nasution beranggapan bahwa kata filsafat bukan berasal dari struktur kata philos dan shopia, philos dan shophos atau filosofen. Tetapi kata filsafat berasal dari bahasa yunani yang struktur katanya berasal dari kata philien dalam arti cinta dan shofos dalam arti widson.

Ali Mudhafir berpendapat bahwa kata filsafat dalam bahasa Indonesia memiliki padanan kata falsafah (Arab), phyloshophy (Inggris), Philoshopie (Jerman, Belanda, dan Prancis), semua kata itu berasal dari bahasa Yunani yaitu philien, philos, dan shopia, philien berarti mencintai, philos berarti teman dan sophos berarti bijaksana, shopia berarti kebijaksanaan.

Menurut Ali Mudhafir ada dua arti secara etimologi dari kata filsafat yang sedikit berbeda. Pertama, apabila istilah filsafat mengacu pada asal kata philien dan shopos, maka ia berarti mencintai hal-hal yang bersifat bijaksana. Kedua apabila filsafat mengacu pada asal kata philos dan shopia, maka ia berarti teman kebijaksanaan.

Untuk Apa Kita Belajar Filsafat?

Untuk menjawab seluruh permasalahan dan dapat mengembangkan kecakapan hidup dan sikap yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari, serta untuk mencari kebenaran, namun kebenaran filsafat dan kebenaran ilmu masih tetap saja bersifat relative sebagai proses yang tidak pernah selesai, maksudnya bahwa kebenaran yang didapatkan oleh filsafat dan ilmu tidak selesai dan terus berproses dan menjadi, yang dalam hukum dialektika dan seterusnya sebagai tanda bahwa manusia, pemikirannya dan ciptaannya bersifat relative sedangkan kebenaran itu sendiri identik dengan pencipta kebenaran yang